Rahasia Hidup yang berbahagia dan berhasil dipakai Tuhan
Bacaan Alkitab : Pengkotbah 9 : 4 -13
Oleh Pdt. Bambang Riyadi, Th.M
Abraham Lincoln, dulunya sebelum menjadi presiden Amerika serikat adalah berasal dari keluarga sangat miskin dan seringkali mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya. Ia adalah salah satu presiden Amerikat serikat yang sangat dikagumi karena kegigihan akan kerja kerasnya dan cinta bangsanya yang begitu dalam, sehingga memunculkan statemen/pernyataan yang terkenal “jangan berharap apa yang diberikan Negara bagi saudara tetapi apa yang dapat saudara berikan bagi Negara”. Pernyataan inilah sebagai salah satu alasan mengapa bangsa Amerika salah satu bangsa yang cinta kerja keras dan mandiri bahkan dari kemandiriannya dalam banyak bidang menjadi ‘berkat’ banyak bangsa. Contoh kedua adalah Albert Einstain, seorang yahudi Jerman tokoh ilmuwan modern yang juga bukan berasal dari keluarga yang berada bahkan boleh dibilang keluarganya adalah bersahaja/sederhana bukan kelas atas sebagaimana yang banyak mengecap keberhasilan di Jerman saat itu, namun dengan usaha keras serta memahami akan talenta apa yang secara khusus Tuhan berikan kepadanya ia bertumbuh serta menjadi pelopor ilmu disepanjang abab modern saat ini bahkan banyak temuannya saat ini karena begitu dalamnya sehingga para ilmuwan modern lainnya masih perlu membutuhkan waktu pengkajian lebih lanjut. Jadi meskipun keduanya berasal dari keluarga yang mispun tetapi ternyata merekapun tidak menjadikan semua itu sebagai kendala atau alasan untuk maju.
Dunia selalu melihat keberadaan seseorang secara subyektif penuh prasangkara serta apriori sehingga jarang yang dapat melihat keberadaan seseorang secara obyektif, utuh dan benar bahkan secara tulus hati : artinya menerima apa adanya bahkan melihat kelebihan dan kelemahannya tanpa maksud untuk mengexploitasi/memanfaatkan kelemahannya untuk kepentingan yang bukan menolong yang bersangkutan tetapi justru menjadi bahan cemoohan. Mengapa hal ini seringkali terjadi ? Karena semua seringkali hanya menurut kaca pandang keinginan sendiri tanpa disadari hal tersebut ‘diukur’ kan juga kepada orang lain. Misalnya jika kebetulan seseorang dari kelompok tertentu maka ia akan secara spikologis mengelompokan dirinya pada sekelompok dengan keberadaan maupun keinginannya itu yang cenderung ia senangi misalnya dalam kesamaan baik itu status sosial ekonomi, kepercayaan maupun budaya sehingga tidak heran jika bangsa yang tingkat pendidikan dan kesejateraannya masih rendah maka kasus yang berbau SARA mudah muncul. Bahkan ada pendapat yang secara fatalistis (baca:gegabah dan salah) menyatakan itu sudah nasib atau garis tangan ilahi karena kaya miskin, pandai bodoh, maju mundurnya kehidupan ini tidak bisa diubah sama sekali yaitu sama dengan kematian. Semua jalan kehidupan ini dipercaya ada di tangan Tuhan dengan mengutip secara keliru apa yang tertulis dalam kitab Pengkhotbah 9 : 11 “Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
Perhatikan pernyataan sang
Pengkhotbah di atas begitu gamblang, jelas dan tegas bahwa betapa sungguh Tuhan
Allah kita adalah Pribadi Tuhan Allah yang adil dan kasih kemurahanNya tidak
pernah membeda-bedakan satu dengan yang lainnya semua orang
mendapatkan belas kasihan yang sama, semua orang apapun status dan kedudukannya
semua memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam, demikian juga Tuhan memberikan
nasib (baca kesempatan) dalam Alkitab terjemahan bahasa inggris ditulis opportunity
artinya adalah kesempatan yang sama untuk bisa berhasil/sukses meskipun
status sosial ekonominya tidak sama dan
talentanya berbeda-beda semuanya ini tidak menjadi masalah. Jadi apa
yang dimaksudkan dengan kata ‘nasib’ jangan diartikan sepertinya merupakan
kutukan, hal ini sama sekali tidak benar karena sekali lagi bahwa yang
dimaksudkan dengan nasib adalah bukan pengertian umum sebagaimana yang banyak
dipahami oleh orang tidak percaya, bukan juga sepertinya karena nasiblah atau
bentuk garis suratan tangan yang menentukan masa depan tetapi sebaliknya justru
hal ini menyingkapkan bahwa Tuhan Allah memberikan anugerah yang sama yang
akhirnya kesempatan diberikan kepada kita
bagaimana respon kita dalam menanggapi akan kasih Tuhan ini ? Disinilah
Tuhan rindukan untuk kita mau belajar untuk menuruti kebenaran Firman Tuhan
yang disingkapkan oleh Pengkhotbah sebagaimana yang dituliskan dalam ayar-ayat
sebelumnya. Supaya dengan demikian kita sungguh memahami bahwa ukuran
keberhasilan seseorang tidak semata ia berhasil dalam apa yang dijalaninya
tetapi ia sungguh memahami akan setiap tanggup jawab dibalik anugerah Tuhan
yang besar itu Dia berkehendak kita
menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menghadirkan kasihNya yang tidak
terbatas dan membeda-bedakan itu. Untuk itu maka bagaimana sikap kita dalam
menyambut maksud Tuhan yang sungguh telah mempersiapkan masa depan yang gilang
gemilang dan memakai kita menghadirkan kasih Tuhan serta membuat hidup kita
diliputi sukacita selalu, tidak hanya di bumi tetapi juga di surga atau tidak
hanya menjamin di surge tetapi juga bahagia di bumi :
1. Milikilah sikap hidup yang
berpengharapan jangan mudah pasrah dan menyerah (Pkb 9 : 4)
2. Selagi masih ada kesempatan artinya kita masih
memiliki hidup maka kerjakan apa saja yang semestinya kita harus kerjakan untuk
kemuliaan Tuhan (Pkb 9 : 5, 10)
3. Menyadari bahwa sumber kebahagiaan
bukan semata dan terutama karena materi (ayat 6) tetapi Tuhan yang
memperkenankan semuanya itu karena itulah jangan sampai kita terjerat oleh
hal-hal yang duniawi (ayat
4. Meskipun dengan demikian apapun yang
Tuhan karuniakan baik makan, minum, berpakaian dan berpenampilan (rambut yang
diminyaki) bahkan dalam kehidupan rumah tangga semuanya bisa Tuhan pakai
menjadi SARANA untuk kita nikmati sebagai karunia Tuhan, jadi tidak hanya di
surge semata orang percaya bahagia di duniapun meskipun banyak tantangan
sekalipun Tuhan karuniakan kita tetap bisa bersukacita dan menjadi berkat
banyak banyak orang dengan karya2 yang nyata
(Pkb 9 :7,8,9) Tuhan Yesus memberkati.AMIEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar